Thursday, December 04, 2014

Sailing Taman Nasional Komodo Part 3; Komodo the Dragon

Dari Rinca ke Komodo. Komodo hunter was ready

Setelah bermalam diatas perairan Taman Nasional Komodo dengan airnya yang tenang dan dikelilingi perbukitan di tengah laut (panjang yes), kami melanjutkan kunjungan ke pulau terhits disana: Pulau Komodo! Dengan nama lain: Loh Liang.

Sedikit info yang bikin kita bangga, Pulau Komodo diterima sebagai situs warisan dunia UNESCO. Pada tahun 2009 TN Komodo menjadi finalis New Seven Wonders of Nature dan menjadi pemenang dengan suara terbanyak di tahun 2010, mengalahkan Hutan Amazon, Teluk Halong, Air Terjun Iguazu, Pulau Jeju, Sungai Bawah Tanah Puerto Princesa, dan Table Mountain.

Di Pulau Komodo ada apa lagi kalau bukan Komodo sang hewan primitif galak. Ukurannya besar-besar banget boook... Perutnya buncit-buncit, panjangnya pun bisa mencapai 9 meter. Komodo berkembang biak dengan baik disini. Hewan lain pun juga hidup disini dan jumlahnya banyak seperti rusa, kerbau, dan babi hutan.

Turun dari kapal langsung disambut banyak gagak dan suaranya. Indah :)
Dermaganya panjang sekaliii dan sudah teraspal dengan baik
Gerbang
The walking trails. We choose the medium one

Beruntung, kami menemukan banyak komodo sekitar 7 ekor yang tersebar. Kata sang ranger biasa tidak sebanyak ini untuk sekali kunjungan. Ukurannya besar-besar, dan terlihat mereka sedang asik rebutan menikmati bangkai rusa yang belum lama mati.

Gedong abis!
Lidahnya sampai kotor kena darah dan pasir
Gagah
Rebutan...

Melanjutkan penelusuran ke hutan kami kembali bertemu satu komodo yang lagi asik mondar-mandir dan satunya lagi asik tidur dibawah rimbunan pohon. Disana terdapat semacam 'kubangan' buatan yang dibuat para ranger sebagai wadah minum atau mandi bagi para komodo.

Batu-batu besar yang terkumpul merupakan wadah air yang di susun oleh para ranger
Good angle hahaha! Thank you Kaka Makasao, one of our ranger who took this funny pic
Banyak sekali rusa di Pulau Komodo, yang bisa saja diburu oleh para komodo
Pohon kapuk tumbuh di pulau ini

Setelah melewati hutan kami pun melanjutkan trekking yaitu mendaki ke puncak bukit Sulphurea. Gersang seperti biasanya, tetap membuat kami positif akan menemukan komodo lainnya.

Sulphurea Hill is on the right side dude
Bisa dilihat bekas jejak komodo yang masih fresh! Sayang kami hanya lihat jejaknya
Puncak Bukit Sulphurea! Pemandangan laut dan pohon-pohon yang kering tetap membuat kami terpukau. Seriously, aslinya keren banget karena deretan bukit-bukit memenuhi pulau ini

Pulang kembali ke kapal, kami kembali menemukan anak komodo yang berjalan menuju bangkai tulang rusa. Datangnya yang tiba-tiba bikin saya was-was tapi tegoda untuk foto-foto lebih dekat. Mencekam abis! Hahaha

Makan terusss padahal dagingnya sudah habis
Doi sadar sekejap dan merasa terganggu
Merasa terganggu akhirnya lanjut jalan di sepanjang pantai
Si endut


Mereka memang punah, bahkan mungkin benar-benar lenyap di masa mendatang apabila kita sebagai manusia beradab tidak memiliki kesadaran penuh untuk melindungi dan menjaga keturunannya. Komodo memang seram, tapi jauh lebih menyeramkan kalau hewan purba ini menghilang. Indonesia tidak akan menjadi kaya lagi apabila semua yang kita punya punah.

Melinda R.



Note:

  • Makasih untuk para ranger kaka Makasao dan Gusti untuk informasinya yang......susah di mengerti hahaha.


....continued.

-

Wednesday, November 26, 2014

Sailing Taman Nasional Komodo Part 2; Kecil Ganas ada di Rinca

Komodo nggak selalu harus ada di Pulau Komodo. Masih ada beberapa pulau lain yang menjadi habitatnya komodo seperti Pulau Nusa Kode, Pulau Gili Motang, dan, yang saya datangi kali ini, Pulau Rinca (Loh Buaya).


Masih di kawasan Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca memiliki sekitar 2.000 ekor komodo, yang kabarnya nih populasinya justru terbanyak dibanding Pulau Komodo. Terdapat juga hewan liar lainnya seperti babi liar, kerbau, rusa, dan burung, yang sebagian dari mereka merupakan makanannya komodo.

Salah satu makanan si komodo yang diburu sendiri nggak pake bantuan manusia

Komodo memburu mangsanya sendiri, tanpa dibantu oleh manusia/ranger setempat. Bisa komodo sangat beracun tapi prosesnya halus. Komodo akan menyergap mangsanya yang kemudian liurnya akan ditularkan ke tubuh sang korban. Tidak langsung mati, korban akan semakin melemah dan lumpuh hingga dua minggu, lalu K.O. Nah, tubuh yang sudah mati otomatis menjadi bangkai yang menghasilkan bau busuk dan mengundang komodo untuk berpesta. Kebetulan, saat saya datang sedang ada bangkai kambing yang tersisa tinggal satu kakinya. 

Ukuran komodo di Rinca rata-rata lebih kecil dibandingkan komodo yang ada di Pulau Komodo itu sendiri. Tapiiii, kecil-kecil ternyata lebih ganas, loh! Alasannya hanya sedikit mangsa (makanan) bagi para komodo di pulau ini, sehingga secara natural meningkatkan 'keganasan' komodo dalam bertahan hidup. Bahkan manusia pun dapat saja dikejar kalau kita mengganggu atau memancing kemarahan mereka.

Gerbang penyambutan

Ada beberapa bangunan yang didirikan di pulau ini seperti toilet umum, dapur, rumah peristirahatan, kantin, dan tempat santai. Semua tempat itu bisa saja di datangi komodo kapan saja. Makanya harus hati-hati setiap melangkah, apalagi di malam hari.


Pertama kami menemukan 4 komodo yang sedang asik rebutan makan bangkai kambing. Bangkainya habis tidak tersisa, kecuali satu kakinya yang digantung menggunakan tali oleh ranger.

Tersisa kaki kambing yang sengaja digantung..
Cat biru yang ada di badan komodo ditandai oleh para peneliti
Penemuan berikutnya ada di bawah dapur. 4 ekor komodo lagi asoy indehoy bersantai di bawah dapur karena bau sedap makanan yang tercium juga suhu di bawah dapur lebih hangat bagi mereka. Diam nyaris tak bergerak.

Asik santai di bawah dapur. Adem yeee

Perjalanan dilanjutkan dengan trekking pulau sampai naik-naik bukit. Ada pilihan short track, medium track, dan long track tapi kami ambil combine short dengan medium sepanjang 5 km. Bingung kan? Intinya perlu telusur pulau, masuk keluar hutan, dan naik turun bukit kalau mau ketemu komodo yang tersebar di pulau ini.

Stay in group!
Masuk hutan nyari komodo
Di jalan tiba-tiba ketemu anak komodo

Saat trekking dalam hutan kami menemukan sarang komodo betina. Kayaknya sih buat tempat melahirkan. Menurut cerita para ranger, komodo justru memakan anaknya. Nah si anak ini udah punya insting untuk 'kabur' ke atas pohon dan struggle sendiri cari makan. Di umur 3 tahun anak komodo kembali dan menyatu dengan komodo lainnya.

Naik ke perbukitan
Walaupun rasanya gersang banget, tapi viewnya keren karena perbatasan bukit dengan laut
Puncak bukit versi short treknya
Follow the path
Geng lelet! Indonesia sendiri. Heran kenapa bule kalau jalan cepet-cepet amat yak
Bersama ranger favorit sepanjang masa: Paulus! Asli Bajawa yang jago niruin suaranya Jokowi dan Rhoma Irama. Doi kerja 10 hari tiap bulan jadi ranger di Rinca dan udah punya pacar (penting).
Bersama ranger lainnya, dan ranger-ranger yang ada di belakang kami hahaha

Sepulangnya menuju kantin tiba-tiba kami dikejutkan oleh komodo yang mengejar anak komodo yang sembuyi di atas pohon. Larinya cepat abis! Bikin kami terkejut-kejut unbelievable (halah). Untung ada Paulus dengan tongkat V-nya yang siap melindungi kami, walaupun saya merasa sama sekali tidak terlindungi hahaha.

Pesan dari masyarakat setempat. Bingung maksutnya apa, but nice try heheh

Komodo bukan komedi apalagi komedo,
Melinda R.


Note:

  • Terima kasih untuk dua ranger asik, Paulus dan Dino Predator dengan tongkat handmade anti-komodonya yang yahut dan menantang.


....continued.

-